La’o Hamutuk

Bulletin  |  Surat Popular  |  Topic index  |  Reports & Announcements  |  Updates
Reference  |   Presentations  |  Mission Statement  |  LH Blog  |  Search  |  Home

Buletin La’o Hamutuk

Volume 3, Number 5                                 Juli 2002

English

Di dalam . . .
bullet

Minyak Memberikan Uang, Juga Masalah

bullet

Empat perlima Gas Australia terletak di luar Laut Timor

bullet

Ladang minyak dan gas di Laut Timor

bullet

Perusahaan-perusahaan minyak Laut Timor

bullet

Pendapatan Tahunan Pemerintah dan Perusahaan Minyak

bullet

Selintas Perusahaan Minyak Laut Timor
bullet

Phillips

bullet

Shell

bullet

Woodside

bullet

Santos

bullet

Osaka

bullet

Inpex

bullet

Kerr-McGee

bullet

Eni

bullet

PetroTimor

Minyak Memberikan Uang, Juga Masalah

 

Gambar kilang pengeboran pada ladang gas Bayu-Undan di Laut Timor.

 

Di seluruh dunia, pemerintah yang mempunyai cadangan minyak dan gas di bawah tanah dan laut mengontrakkan kepada perusahaan perminyakan internasional untuk menemukan, menggali, mengolah, dan mengekspor sumber perminyakan mereka. Di negara-negara tersebut rakyat berharap bahwa uang dari minyak dan gas akan meningkatkan taraf hidup mereka, menopang pemerintah mereka untuk menyediakan pelayanan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pelayanan-pelayanan penting lainnya dengan lebih baik. Seperti di Timor Lorosa'e, masyarakat mengharapkan pendapatan dari minyak untuk memudahkan pembangunan infrastruktur mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Tetapi, pengembangan minyak tidak datang tanpa biaya. Di seluruh dunia, kegiatan-kegiatan perusahaan perminyakan berdampak buruk pada demokrasi, lingkungan hidupsetempat dan global, perdamaian dan pemeretaan ekonomi. Karena Timor Lorosa'e memasuki jalan untuk menjadi salah satu negara di dunia yang paling tergantung pada penghasilan minyak, maka kita harus bertindak hati-hati agar bisa meminimalisir dampak-dampak tersebut. Kita harus belajar dari pengalaman negara-negara lain, dan memantau dengan teliti, serta mengarahkan industri minyak di sini untuk menjamin bahwa kita tidak mengulangi pengalaman-pengalaman buruk itu.

Pada akhir bulan Mei lalu, La’o Hamutuk menjadi tuan rumah dua aktivis lingkungan hidup yang bekerja dengan OilWatch Network (Jaringan Pemantau Minyak). OilWatch (http://www.OilWatch.org.ec) dibentuk di Ecuador pada tahun 1996 oleh orang-orang dari negara-negara berhutan tropis dan penghasil minyak di Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Jaringan ini termasuk NGO-NGO dari hampir setiap negara yang terkena dampak pengembangan industri minyak dan gas, yang bekerja untuk memantau dan melawan dampak negatif industri perminyakan. Esperanza Martinez dari Ecuador dan Hemantha Withenage dari Sri Lanka menyampaikan pengalaman orang-orang di seluruh dunia dengan perusahaan perminyakan internasional. Mereka juga menjelaskan apa yang sedang dilakukan OilWatch dan mitra-mitranya untuk memantau dan melawan persoalan-persoalan yang timbul dari pengembangan minyak. Sebagian besar informasi dalam artikel ini didapat dari presentasi mereka.

Seperti yang dikatakan Esperanza, "Wilayah tropis adalah bagian dari bumi ini yang terkaya. Kita mempunyai air, keanekaragaman hayati dan budaya, serta minyak dan gas. Tetapi secara ekonomi kita paling miskin seperti Timor Lorosa'e. Bank Dunia mengatakan bahwa persoalan kita adalah kemiskinan yang luar biasa tetapi kita mengatakan bahwa persoalannya adalah negara-negara kaya."

 

Proses Eksploitasi Perminyakan

Minyak mentah, gas, dan "formasi air" (air yang sangat asin sekali) bercampur di dalam tanah atau di bawah laut. Proses menemukan dan menggali produk-produk perminyakan itu sama di darat dan di bawah laut, tetapi di dalam laut lebih sulit untuk mengamati atau memantau apa yang dikeluarkan atau dibuang di bawah laut. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
  1. Eksplorasi seismik untuk mencari tahu letak minyak dan gas di bawah tanah. Perusahaan-perusahaan perminyakan meledakkan dinamit untuk mengukur gelombang di bumi. Ledakan itu mengganggu binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di dalam dan di bawah laut.
  2. Pengeboran eksplorasi sumur penguji untuk menentukan jumlah minyak yang terkandung. Di laut, kegiatan ini dapat dilakukan dari anjungan atau kapal. Ini menghasilkan limbah pasir dan batu.
  3. Bila cukup banyak minyak dan gas yang ditemukan, perusahaan membangun sumur penggalian untuk menggali minyak tersebut.
  4. Bahan-bahan yang digali dipisahkan menjadi minyak, gas, dan formasi air. Perusahaan-perusahaan hanya menggunakan apa yang mereka perlukan _ jika minyak yang mereka perlukan, gasnya dibakar; jika yang mereka perlukan gas, minyaknya dibuang. Kadang-kadang (seperti yang akan terjadi di Bayu-Undan selama beberapa tahun yang akan datang), minyak dan bahan-bahan cair yang berguna lainnya ("kondensat") digali dan gasnya dipompa kembali ke dalam tanah untuk nantinya digali kembali dan digunakan.

  5. Minyak dan gas harus diangkut (melalui pipa penyalur, kapal tangki atau truk pengangkut minyak) ke tempat di mana minyak dan gas tersebut akan disuling dan digunakan untuk bahan bakar atau bahan kimia. Jika gas akan diangkut dengan kapal (seperti dari Laut Timor ke penggunanya di Jepang), pertama-tama gas tersebut harus dicairkan, yang biasanya dilakukan di darat, meskipun Shell mengusulkan untuk membangun kilang pencairan terapung pertama di dunia di Laut Timor.
  6. Sebagian terbesar minyak dan gas di dunia dikonsumsi di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Kebanyakan digunakan untuk mobil, untuk menghasilkan tenaga listrik, dan untuk proses-proses industri lainnya.

Dampak Negatif Pengembangan Minyak

Minyak terdapat di hampir semua wilayah tropis: di Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika dan Asia. Di antara negara-negara di mana minyak mempunyai dampak terbesar adalah di Ekuador, Venezuela, Columbia, Brazil dan Meksiko di Amerika Latin; Nigeria, Gabon, dan Cameroon di Afrika; Thailand, Indonesia, Malaysia dan Burma di Asia.

Di sebagian besar negara tersebut, kerakusan akan uang dari minyak menyebabkan invasi negara asing, perang sipil, kediktaktoran dan/ penindasan. Minyak menyebabkan dan membuat konflik-konflik besar yang berkepanjangan, khususnya di mana militer Amerika Serikat terlibat, seperti di Columbia, Irak dan Afghanistan. Selama sepuluh tahun terakhir ini, terjadi perang sipil di banyak daerah yang tergantung pada penghasilan minyak, seperti di Algeria, Angola, Kongo, Indonesia (Aceh), Irak, Nigeria, Sudan, dan Yaman. Pada tahun 1997, pemerintah dari negara-negara tersebut, yang tergantung pada minyak sebagian besar penghasilan nasionalnya, rata-rata menggunakan 12,5% dari anggaran nasionalnya untuk militer. Untuk setiap kenaikan 5% penghasilan minyak, mereka mengeluarkan tambahan 1.6% untuk militer. Sebagai contoh, Peru menawarkan kondisi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan minyak asing daripada tetangganya Ecuador. Pada akhir dasawarsa 1990-an, perusahaan-perusahaan minyak memancing perang antara kedua negara tersebut, dan Peru sekarang mengontrol wilayah Amazon yang mengandung minyak, yang sebelumnya menjadi bagian dari Ecuador.

Pengembangan minyak menyebabkan perusakan lingkungan, baik lingkungan setempat maupun global. Dua hektar hutan dibabat untuk setiap sumur minyak yang dibangun di daratan. Eksplorasi dan eksploitasi menyebabkan goncangan seismik, pencemaran dan limbah. Untuk setiap barel yang minyaknya diambil, sekurang-kurangnya satu barel tumpah. Industri minyak berdampak negatif pada hutan dan binatang laut, dan juga bagi umat manusia, yang menyebabkan kanker, leukemia dan keguguran kandungan. Di negara-negara penghasil lebih minyak terbesar, tingkat kematian bayi lebih tinggi dan tingkat harapan hidup pada saat kelahiran lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Wilayah-wilayah tropis secara ekologis lebih rentan dibandingkan negara-negara tempat minyak itu dikonsumsi, sehingga kita perlu mengambil tindakan-tindakan ekstra untuk melindungi hutan dan laut kita.

Secara global, pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dan gas) menambah karbon dioksida (CO2) pada atmosfer yang menyebabkan perubahan iklim di seluruh dunia, yang menyebabkan cuaca yang ekstrem (badai, banjir, musim kemarau yang berkepanjangan, dan lain-lain), menaikkan permukaan air laut, dan musibah-musibah yang lain. Sebagian besar ilmuwan dan banyak pemerintah sekarang ini telah mengakui persoalan ini dan secara berangsur-angsur mengalihkan dari pembakaran bahan bakar fosil ke pemakaian sumber yang bisa diperbaharui. Hampir setiap pemerintah telah menandatangani Konvesi Perubahan Iklim ("Protokol Kyoto") untuk melindungi lingkungan hidup secara global. Kesepakatan ini mencakup insentif ekonomi bagi pemakai dan penghasil minyak agar mengurangi pemakaian bahan bakar fosil mereka dan memberikan kompensasi khusus bagi pulau-pulau seperti Timor Lorosa'e yang akan terkena pengaruh oleh meningkatnya permukaan air laut. Sayang bahwa sedikit negara-negara pengguna energi utama, termasuk Amerika Serikat dan Australia, terus menentang kesepakatan itu.

 

Pilih Kekayaan Bukan Minyak

Pada bulan Mei, negara Costa Rica di Amerika Tengah memutuskan untuk tidak mengembangkan sumber minyaknya yang baru ditemukan. Dalam pidato pelantikannya, Presiden Dr. Abel Pacheco de la Espriella mengatakan.

"Kita akan bersaing tanpa merusak alam karena untuk jangka panjang, kekayaan keanekaragaman hayati kita akan selalu menjadi kekayaan yang besar, dan kita akan melestarikannya. Sebelum menjadi enclave minyak, sebelum menjadi sumur pertambangan terbuka, saya merencanakan untuk memulai upaya-upaya yang berkelanjutan untuk mentransformasikan Costa Rica menjadi kekuatan ekologis. Bahan bakar yang sejati dan emas yang sejati untuk masa depan adalah air dan oksigen; air dan oksigen ini akan merupakan aquifers dan hutan kita. Sebelum kita menyatakan berdamai antar kita dan menyatakan berdamai dengan semua negara; terlebih dahulu kita harus menyatakan berdamai dengan alam."

Costa Rica meminta bahwa masyarakat internasional membayar negara tersebut untuk sumbangannya untuk mengurangi perubahan iklim global. Mekanisme pasar baru ini dapat menjadi peluang bagi Timor Lorosa'e berdasarkan Konvensi Perubahan Iklim, memungkinkan bagi Timor Lorosa'e untuk dibayar atas tindakannya menunda atau tidak mengembangkan minyak dan gasnya. La’o Hamutuk akan mengembangkan konsep ini lebih lanjut pada Buletin mendatang.

Pembangunan Industri Perminyakan dan Kemiskinan

Di negara-negara yang tergantung pada minyak, kemiskinan seringkali meluas. Negara-negara yang pendapatan terbesarnya berasal dari minyak dan gas kebanyakan peringkatnya paling rendah dalam "Indeks Pembangunan Manusia" (Human Development Index, HDI) yang ukurannya mencakup pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Negara-negara yang pendapatan terbesarnya minyak adalah Angola, Yaman, Congo, dan Nigeria, yang sekurang-kurangnya 40% anggaran nasional mereka berasal dari minyak. HDI mereka adalah terendah dibawah seperempat dari negara-negara di dunia.

Memiliki minyak tidak berarti rakyat di suatu negara menjadi kaya. Sebaliknya, ketergantungan pada minyak dan mineral seringkali menghancurkan kesejahteraan publik dan mengurangi pertumbuhan ekonomi. Minyak menyebabkan hutang karena uang dipinjam untuk membayar pengembangan minyak, dan kemudian minyak harus dieksploitasi untuk membayar hutang, yang menyebabkan lingkaran setan. Lebih lanjut, perusahaan-perusahaan minyak mempunyai kekuasaan untuk memeras pemerintah, pengecualian dari pembayaran pajak, subsidi finansial yang lain, dan/atau dukungan militer. Di Ecuador, salah satu perusahaan minyak Amerika Serikat memaksa pemerintah membayar $72 untuk setiap barel minyak, padahal pemerintah hanya dapat menjual dengan harga $15 per barel.

Negara-negara yang penghasilannya tergantung pada minyak dan gas ditandai oleh tingkat kematian anak yang tinggi, kekurangan gizi dan penyakit, pendidikannya buruk dan tingkat buta huruf tinggi, korupsi, otoriter, rentan terhadap goncangan ekonomi, dan dana yang dikeluarkan untuk militer tinggi. Timor Lorosa'e telah memiliki beberapa persoalan itu sebagai akibat dari kolonialisme, pendudukan dan perang _ tetapi pendapatan hanya dari minyak tidak akan memecahkan persoalan-persoalan tersebut. Faktanya, pengalaman dari negara-negara lain menunjukkan bahwa pendapatan dari minyak kebanyakan akan membuatnya lebih buruk.

Karena pekerja asing yang dibayar tinggi, minyak mengganggu budaya penduduk asli dan dapat menyebabkan inflasi, pelacuran, HIV/AIDS, dan masalah-masalah lain. Timor Lorosa'e telah memiliki pengalaman yang sama dengan staf internasional UNTAET dan kontraktor asing. Apabila banyak pekerja minyak asing datang ke sini, kemungkinan besar mereka akan menetap lebih lama, dan akan tidak memperhatikan penduduk setempat.

Kekuatan Perusahaan-Perusahaan Minyak

Perusahaan-perusahaan perminyakan seringkali jauh lebih berkuasa dibandingkan pemerintah, khususnya bila perusahaan-perusahaan besar seperti Phillips atau Shell masuk ke negara-negara kecil seperti Timor Lorosa'e (Lihat grafik, halaman 5). Perusahaan-perusahaan itu seringkali menentukan siapa yang menjadi Menteri Energi, mendikte kebijakan lingkungan hidup pemerintah, dan menggunakan militer untuk melindungi investasi mereka. Mustahil bagi pemerintah kecil sekalipun demokratis untuk membuat perjanjian yang adil dari perusahaan-perusahaan minyak multinasional raksasa.

Perusahaan-perusahaan di Laut Timor lebih suka berunding dengan Australia, dengan mereka yang telah bekerja untuk waktu yang lama dibandingkan Timor Lorosa'e. Bagi perusahaan-perusahaan itu, Timor Lorosa'e kelihatan revolusioner atau tidak menentu. Ketika Timor Lorosa'e berunding dengan Australia, perusahaan-perusahaan itu biasanya akan mendukung Canberra dan menggunakan kekuatan mereka untuk mendesak penyelesaian yang cepat dan tidak adil. Timor Lorosa'e harus menggunakan dukungan masyarakat di sini, di Australia dan di seluruh dunia untuk berusaha mengimbangi perundingan _ dan bahkan mungkin meminta pengembangan minyak itu ditunda sampai dengan diselesaikannya batas perbatasan laut.

Ketika eksploitasi minyak dimulai, lebih sulit untuk dikontrol. Lebih baik bertindak sekarang, dan mendesak transparansi, demokrasi dan pertanggungjawaban lingkungan hidup. Dan bahkan setelah eksploitasi minyak sedang berjalan, pemantauan dan advokasi dapat mengurangi dampak-dampak buruknya.

Apa yang Bisa Dilakukan

Meskipun perusahaan-perusahaan menyatakan bahwa mereka bertanggungjawab terhadap lingkungan hidup dan kehidupan sosial, seringkali mereka berbohong. Mereka mengatakan bahwa persoalan-persoalan serius telah ditinggalkan dan bahwa perusahaan telah diperbaiki _ tetapi kenyataannya, persoalan-persoalan tetap ada dan terulang. Kita dapat belajar banyak dari pengalaman negara-negara lain _ baik mengenai kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan yang rutin (normal), dan mengenai konsekuensi kecelakaan atau keadaan-keadaan ekstrem lainnya.

Satu cara kita dapat membantu memahami dan merespon prosedur perusahaan adalah dengan memantau kegiatan-kegiatan mereka. Pemantauan merupakan alat yang dapat membantu mencapai tujuan-tujuan seperti memberdayakan rakyat, memastikan kekayaan itu dibagikan, mempertahankan demokrasi, dan melindungi lingkungan hidup. Pada Buletin La’o Hamutuk mendatang, kita akan membahas bagaimana Konstitusi Timor Lorosa'e dan undang-undang nasional, serta hukum internasional, dokumen-dokumen, laporan-laporan dari perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga lain, pengamatan dan pengujian, dapat digunakan untuk memantau apa yang mereka lakukan.

Di seluruh dunia, penduduk pribumi, komunitas lingkungan hidup dan masyarakat bawah dan aktivis menangani masalah-masalah yang sama, dan seringkali perusahaan-perusahaan yang sama. Mereka mengembangkan Jaringan Pemantau Minyak (OilWatch) untuk mempelajari setiap pengalaman-pengalaman lain dan memperkuat kampanye-kampanye yang lain. Dengan menggunakan pemantauan, advokasi, pengadilan, dan pengungkapan informasi ke masyarakat, para anggota OilWatch mencegah terjadinya bencana lingkungan hidup dan memaksa perusahaan-perusahaan minyak untuk lebih bertanggungjawab kepada rakyat negara-negara di mana mereka bekerja.

Ketika Timor Lorosa'e memasuki komunitas negara-negara penghasil minyak, kita bisa mendapatkan manfaat dari para ahli dan pengalaman mereka. Seperti halnya perusahaan-perusahaan minyak bekerja secara global untuk meningkatkan keuntungan mereka, rakyat dapat bekerjasama secara global untuk meminimalkan dampak-dampak negatif dari kegiatan-kegiatan perusahaan minyak.

Empat perlima Gas Australia terletak di luar Laut Timor

Minyak dan gas di Laut Timor adalah satu-satunya sumber minyak yang berarti bagi Timor Lorosa'e dan masa depan Timor Lorosa'e tergantung pada penghasilan darinya.

Australia, pada pihak lain, memiliki gas yang banyaknya empat kali lipat di bagian-bagian lain di wilayahnya, seperti yang digambarkan pada peta di bawah ini. Lingkaran-lingkaran ini menunjukkan lokasi cadangan gas alam Australia yang "Sudah Terbukti dan Kemungkinan" (2P), gas di bawah tanah atau di bawah laut yang dapat digali dan dijual. Besarnya setiap lingkaran menunjukkan jumlah gas dalam "Trillions of Cubic Feet" (Triyulnan Kaki Kubik, Tcf). Cadangan minyak tidak ditunjukkan.

Australia memiliki sekitar 110 Tcf gas alam dengan nilai sekitar US$850 milyar ($850.000.000.000). Jumlah ini akan menghasilkan sekitar $400 milyar pendapatan pemerintah. Australia memiliki gas lebih banyak dibandingkan yang digunakan di dalam negeri, sehingga sebagian besar gas Laut Timor akan diekspor ke Jepang.

Satu perlima gas Australia, 22 Tcf, terletak di bawah Laut Timor. Sebagian terletak di wilayah Australia dan sebagian di "Wilayah Pengembangan Perminyakan Bersama" (Joint Petroleum Development Area - JPDA) dibagi antara Timor Lorosa'e (90%) dan Australia (10%) berdasarkan Kesepakatan Laut Timor. Kesepakatan ini memberikan pendapatan dari 4,7 Tcf Gas Laut Timor kepada Timor Lorosa'e dan 17,5 Tcf kepada Australia. Sebaliknya jika perbatasan laut penuh Timor Lorosa'e diberlakukan, 7,9 Tcf dari 17.5 ini akan menjadi milik Timor Lorosa'e.

Sumber: Departemen Industri, Ilmu Pengetahuan, dan Sumber Alam Australia

Ladang Minyak dan Gas di Laut Timor

Pada tanggal 20 Mei, Australia dan Timor Lorosae menandatangani perjanjian untuk membagi minyak dan gas Laut Timor. Kesepakatan itu belum berlaku, menunggu ratifikasi oleh parlemen kedua negara. Perjanjian ini memberi Australia pendapatan yang kemungkinan akan diperoleh Timor Lorosa'e jika diberlakukan Hukum Laut (UNCLOS), yang menjadi hukum internasional pada tahun 1982. (Lihat Buletin LH Vol. 3 No. 4.)

Peta di bawah ini memperlihatkan ladang-ladang minyak dan gas utama di Laut Timor milik Timor Lorosae, Australia, dan Indonesia.

Zona ekonomi maritim diperlihatkan dengan arsir:

JPDA Joint Petroleum Development Area (Wilayah Pengembangan Minyak Bersama) dibuat berdasarkan Perjanjian Celah Timor yang ilegal antara Indonesia dan Australia. Berdasarkan Perjanjian Laut Timor (Timor Sea Treaty, TST), JPDA dimiliki 90% oleh Timor Lorosa'e dan 10% Australia. Berdasarkan prinsip-prinsip hukum laut internasional yang berlaku sekarang, 100% milik Timor Lorosa'e.

EEZ Exclusive Economic Zone (Zona Ekonomi Eksklusif) akan menjadi milik Timor Lorosa'e menurut hukum internasional yang berlaku sekarang. TST memberikannya kepada Australia.

Australia Zona yang tak diragukan lagi merupakan milik Australia, Indonesia atau Timor Lorosa'e.

Ladang minyak dan gas yang berproduksi dan akan berproduksi di masa mendatang ditandai dengan lingkaran, dekat dengan nama ladang yang digarisbawahi atau dihubungkan oleh sebuah panah. Lingkaran-lingkaran yang lebih besar memperlihatkan bahwa kandungannya lebih besar.

Garis tebal adalah batas landas laut Australia-Indonesia, yang disepakati pada 1972. Meskipun garis ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang sudah ketinggalan zamandan lebih dekat ke Indonesia daripada Australia, batas ini masih berlaku sampai sekarang.

Garis putus-putus yang lebih terang adalah garis tengah (median) yang di tengah antara garis pantai Australia dan Indonesia atau Timor Lorosa'e. Jika prinsip-prinsip Hukum Laut yang sekarang berlaku, ini akan menjadi batas landas laut.

Ada banyak ladang minyak dan gas di Browse Basin (Cengkungan Browse) di bagian selatan Timor Barat. Karena perjanjian 1972, ini menjadi milik Australia, meskipun beberapa darinya lebih dekat ke Indonesia. Sejak 1931, Australia mengontrol empat pulau kecil tidak berpenduduk yang disebut Ashmore Reef. Akibatnya, zona ekonomi Australia meluas mendekati Pulau Roti dan Timor Barat, mencakup banyak ladang minyak dan gas.

 

Saham Perusahaan Ladang Minyak dan Gas di Laut Timor

Setiap batang menunjukkan jumlah sumber minyak dan di setiap ladang di Laut Timor (Lingkaran 22 Tcf pada peta Australia, pada halaman sebelumnya). Karena ini mencakup gas maupun minyak, grafik ini menunjukkan kandungan energi dalam "Barel Ekuivalen Minyak" (Barrels of Oil Equivalent, BOE). Satu kaki kubik trilyun (Tcf) gas adalah ekuivalen dengan sekitar 175 juta BOE. Dalam setiap batang, setiap segi empat yang diwarnai dengan pola-pola yang berbeda menunjukkan berapa banyak minyak dan gas dari ladang tersebut telah dibeli oleh masing-masing perusahaan, sebagaimana ditunjukkan dalam keterangan di sebelah kanan. Karena sebagian besar minyak di ladang Elang-Kakatua dan ladang Laminaria telah digali, batang-batang menunjukkan jumlah yang ada.

Siapa yang mem-peroleh pen-dapatan

Wilayah Pengembangan Perminyakan Bersama (90% Timor Lorosa'e, 10% Australia)

80% atau lebih menjadi milik Australia berdasarkan perjanjian, tetapi milik Timor Lorosa'e berdasarkan hukum internasional

Wilayah Australia yang tidak dipertentangkan

Uang yang akan didapat dari minyak dan gas Laut Timor telah menarik banyak perusahaan minyak internasional untuk datang ke wilayah sekitar Timor Lorosa'e. Grafik di atas menjelaskan perusahaan mana saja yang telah membeli hak untuk menjual minyak dan gas tersebut. Phillips Petroleum (Amerika Serikat), Royal Dutch Shell (Inggris dan Belanda) dan Woodside Australian Energy memegang saham terbesar, dan mereka yang mengelola industri minyak di sini. Di bawah dan di beberapa halaman berikut, kami memberikan informasi dasar mengenai perusahaan-perusahaan tersebut serta perusahaan-perusahaan lain yang memiliki sumber gas dan minyak di Laut Timor.

Pendapatan Tahunan Pemerintah dan Perusahaan Minyak

Perusahaan-perusahaan minyak multinasional adalah lembaga-lembaga raksasa dan sangat berkuasa, lebih besar dari banyak pemerintah. Salah satu cara untuk menilai kekuatan mereka adalah dengan melihat jumlah uang yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan mereka. Grafik di bawah menunjukkan banyaknya uang yang diterima oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan minyak tertentu (pendapatan, penjualan dan pajak) selama tahun 2001. Bagi Timor Lorosa'e dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, angka ini berasal dari rancangan anggaran mereka untuk tahun 2002. Angka Perserikatan Bangsa-Bangsa mencakup kegiatan-kegiatan, administrasi, dan penjagaan perdamaian di seluruh di dunia.

Selintas Perusahaan Minyak Laut Timor

Berikut adalah informasi dasar dan sejarah ringkas yang menggambarkan perusahaan-perusahaan minyak internasional yang paling besar keterlibatannya dalam pengembangan minyak dan gas di Laut Timor. Kami telah berusaha memberikan informasi yang akurat, tetapi ketidakkonsistenan dalam peliputan dan ketersediaan data membuat sebagian darinya masih berupa dugaan dan taksiran.
bullet

Jumlah uang dalam juta dolar Amerika, menurut laporan tahunan masing-masing perusahaan untuk tahun 2001. Aset adalah jumlah yang diinvestasikan dalam perusahaan, pendapatan adalah seberapa banyak yang mereka terima, dan keuntungan adalah seberapa banyak yang dibayarkan kepada para pemegang saham para pemilik.

bullet

Cadangan minyak dan gas yang masih di bawah tanah, diperkirakan dalam juta Barel Ekuivalen Minyak (mmBOE), dari laporan tahunan dan sumber-sumber lain. Kecuali kalau ditandai sebagai sudah terbukti (1P), angka adalah Sudah Terbukti dan Kemungkinan (2P), menunjukkan 50% kemungkinan cadangan jumlah energi ini. Satu BOE akan dijual sekitar $20.

bullet

Cadangan di Laut Timor memperlihatkan jumlah yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan di bagian Timor Lorosa'e maupun Australia atas kandungan minyak dan gas di Laut Timor.

bullet

Persentase Porsi cadangan Laut Timor menunjukkan secara kasar seberapa besar kandungan minyak dan gas yang dimiliki masing-masing perusahaan di Laut Timor dibandingkan total yang dimiliki perusahaan itu diseluruh dunia. masa depan setiap perusahaan tergantung pada minyak dan gas Laut Timor. Angka ini mengindikasikan seberapa penting Laut Timor bagi masa depan perusahaan.

 

Phillips Petroleum (ConocoPhillips)

Kantor Pusat Amerika Serikat

Tahun didirikan 1917

Jumlah pekerja 38.700

Aset $35.000

Pendapatan $26.800

Keuntungan bersih $1.661

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? Amerika Serikat, Alaska, Laut Utara, Cameroon, Nigeria, Somalia, Cina, Kazakhstan ...

Cadangan di seluruh dunia (P) 8.700

Cadangan di Laut Timor (2P) 1.200

Porsi cadangan Laut Timor 7%

Phillips Petroleum mengoperasikan dan memiliki 58% dari proyek Bayu-Undan dan beberapa ladang kecil di JPDA, dan juga memiliki 30% Sunrise. Pada bulan Maret 2002, Phillips mengumumkan rencana untuk menjual 10% dari Bayu-Undan kepada Tokyo Electric Power Company dan Tokyo Gas, dua perusahaan Jepang yang akan membeli sebagian besar gas dari ladang ini, mulai pada tahun 2006.

Phillips mulai berurusan dengan rezim Suharto pada tahun 1968, dan pada tahun 1991 menjadi kelompok pertama dari perusahaan-perusahaan minyak yang menandatangani kontrak untuk eksplorasi minyak di Celah Timor pada masa pendudukan Indonesia. Perusahaan ini membayar royalti jutaan dolar kepada Indonesia bahkan setelah referendum Timor Lorosa'e pada bulan Agustus 1999. Pada masa UNTAET, Phillips berjuang keras (dengan dukungan dari pemerintah Amerika Serikat) untuk membatasi upaya Timor Lorosa'e untuk memungut pajak atas kegiatannya. Perusahaan ini telah menanamkan modal sekitar $1,6 milyar di Bayu-Undan. Phillips mendesak untuk memasang pipa penyalur dari Bayu-Undan ke Darwin, dan berharap bahwa gas dari Sunrise juga akan disalurkan melalui pipa ini. Pada awalnya, mereka menjual bahan bakar cair dari ladang Bayu-Undan, dan memompa "gas kering" kembali ke bawah tanah untuk digunakan suatu saat nanti.

Phillips akan bergabung dengan Conoco pada tahun ini, sehingga menjadi perusahaan minyak yang terbesar ketujuh di dunia. Phillips bekerja di semua aspek industri minyak dan gas, dari eksplorasi dan eksploitasi, hingga penyulingan dan penjualan. Selama beberapa tahun terakhir ini, Phillips bergeser dari eksplorasi dengan risiko yang tinggi (risiko dapat berasal dari ketidakjelasan mengenai sumber minyak serta dari ketidakpastian politik). Pada saat yang sama, perusahaan ini membeli perusahaan-perusahaan minyak yang lebih kecil.

Dalam Dewan Direktur Phillips ada dua orang yang secara langsung mendukung pendudukan Indonesia terhadap Timor Lorosa'e:

J. Stapleton Roy adalah Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia dari tahun 1995 hingga tahun 2000 dan tidak berbuat banyak untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Timor Lorosa'e. Selama penghancuran bulan September 1999, dia menjelaskan mengapa tidak ada tindakan dari Amerika Serikat dengan mengatakan "Dilemanya adalah bahwa Indonesia itu penting sedang Timor Lorosa'e tidak." Roy, yang sekarang mengelola perusahaan konsultasi milik Henry Kissinger, bergabung di dewan direktur Phillips pada tahun 2001. Dia juga menjadi anggota Dewan Direktur Freeport-McMoran Copper and Gold, sebuah perusahaan pertambangan Amerika Serikat yang sangat terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di Papua Barat.

Lawrence Eagleburger menjadi salah seorang anggota Dewan Direktur Phillips dari tahun 1993 hingga tahun 2001 dan tetap menjadi penasihat khusus mereka untuk urusan internasional. Pada tahun 1975, sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (di bawah Henry Kissinger), Eagleburger membantu menyembunyikan penggunaan senjata Amerika Serikat oleh Indonesia untuk menginvasi Timor Lorosa'e. Sebagai Menteri Luar Negeri pada tahun 1992, Eagleburger mendukung bantuan militer ke Indonesia yang makin meningkat, setelah terjadinya pembantaian Santa Cruz. Dia juga menjabat di Dewan Direktur Halliburton, sebuah perusahaan teknologi minyak yang hingga tahun 2000 dikepalai oleh Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney.

 

Royal Dutch Shell

Kantor Pusat Kerajaan Inggris / Belanda

Tahun didirikan 1890

Jumlah pekerja 91.000

Aset $183.000

Pendapatan $135.000

Keuntungan bersih $12.000

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? 41 negara mencakup Nigeria, Brunei, Colombia, Malaysia, Gabon, Filipina

Cadangan di seluruh dunia (P) 19.100

Cadangan di Laut Timor (2P) 1.350

Porsi cadangan Laut Timor 3%

Royal Dutch Shell memiliki 27% dan mengoperasikan ladang Greater Sunrise, dan memiliki saham di beberapa ladang minyak dan gas di Laut Timor lainnya, termasuk Laminaria. Perusahaan ini juga memiliki 50% dari ladang gas besar Evans Shoal dan 35% dari Blacktip, di bagian Australia dari Laut Timor, dan juga bekerja di tempat-tempat lain di Australia. Shell telah membeli lebih banyak minyak dan gas di Laut Timor daripada semua perusahaan lainnya. Shell berencana akan mencairkan lapangan gas Sunrise di anjungan terapung di tengah laut, karena Shell ingin mengirim gasnya ke bagian utara dan timur, daripada ke Australia. Anjungan ini akan merupakan fasilitas pertama semacam itu di dunia.

Shell adalah perusahaan minyak terbesar kedua di dunia, dengan eksplorasi dan produksi di 41 negara di semua benua. Shell menandatangani perjanjian untuk Laut Timor pada saat negeri itu diduduki pada 1991, tepat 100 tahun perusahaan ini bekerja di Indonesia (dulu Hindia Belanda). Perusahaan ini mempunyai sejarah panjang dalam mendukung kolonialisme dan rezim-rezim represif, termasuk Nazi Jerman hingga tahun 1936.

Pada dekade 1980-an, Shell menjadi sasaran protes di seluruh dunia karena dukungannya kepada rezim apartheid (suatu sistem yang kurang baik) di Afrika Selatan. Baru-baru ini, perusahaan ini menjadi sasaran protes lagi karena bekerjasama dengan rezim diktaktor dan pelanggar hak asasi manusia di Nigeria, negara dengan jumlah penduduk terbesar di Afrika. Shell dituduh terlibat dalam pembunuhan dramawan Nigeria Ken Saro-Wiwa, seorang aktivis lingkungan hidup yang digantung bersama delapan orang lain karena memprotes eksplorasi minyak. Di Eropa, organisasi-organisasi lingkungan hidup melancarkan kampanye menentang Shell karena melakukan perusakan lingkungan, termasuk membuang sampah beracun dari anjungan-anjungannya di Laut Utara.

 

Kantor Pusat Australia

Tahun didirikan 1954

Jumlah pekerja 2.420

Aset $3.700

Pendapatan $1.430

Keuntungan bersih $555

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? Australia, Kamboja, Papua Nugini, Afrika

Cadangan di seluruh dunia (2P) 1.210

Cadangan di Laut Timor (2P) 730

Porsi cadangan Laut Timor 40%

Woodside Australian Energy mengoperasikan ladang minyak Laminaria-Corallina di wilayah yang dipertentangkan sedikit di luar JPDA, dan memiliki 45% dari ladang tersebut. Pada 2000 dan 2001, penghasilan Woodside dari ladang tersebut mencapai US$1,1 milyar, 38% dari penghasilan perusahaan tersebut. Woodside sekarang memiliki 33,4 % dari ladang Greater Sunrise, setelah menjual 6,5% pada tahun lalu.

Woodside adalah salah satu pembeli pertama kontrak Laut Timor, pada 1991. Perusahaan ini pada awalnya mendukung usulan Phillips untuk membangun pipa penyalur ke Darwin, tetapi sekarang mendukung keinginan Shell untuk membangun fasilitas terapung, dengan Jepang sebagai pelanggan utama.

Woodside adalah perusahaan Australia. Sebagian kecil dari operasinya terletak di Asia dan Afrika. Sebagian besar miliknya terletak di lepas pantai barat daya Australia, meskipun sebagian besar gasnya dijual ke Asia, dengan sebagian juga dijual ke pasar Australia.

Pada 2001 Shell berusaha membeli Woodside, tetapi dicegah oleh pemerintah Australia yang merasa bahwa pemilikan asing atas sumber energi Australia yang terlalu banyak dapat membahayakan keamanan mereka. Walaupun demikian, Shell memiliki 34% dari Woodside, dan tiga orang eksekutif Shell duduk di Dewan Direktur Woodside.

 

Kantor Pusat Australia

Tahun didirikan 1964

Jumlah pekerja 1.713

Aset $3.100

Pendapatan $890

Keuntungan bersih $272

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? Australia, Papua Nugini, Indonesia

Cadangan di seluruh dunia (2P) 724*

Cadangan di Laut Timor (2P) 770

Porsi cadangan Laut Timor 50%*

Santos, penghasil gas Australia yang terbesar, menggeser prioritasnya dari produksi darat ke cadangan minyak yang lebih besar di laut. Santos sangat banyak melakukan penanaman modal di laut di lepas pantai barat daya Australia, kebanyakan di lautan Australia. Perusahaan ini memiliki dan mengoperasikan ladang Petrel-Tern dekat Darwin, dan juga memegang 12% saham Sunrise dan bagian-bagian dari ladang-ladang kecil di JPDA. Perusahaan ini mulai bekerja di Laut Timor pada tahun 1991, pada waktu Timor Lorosa'e diduduki Indonesia. Pada bulan Juli 2002, Santos mengambil alih dari Shell pengoperasian ladang-ladang gas Evans Shoal di Laut Timor bagian milik Australia, yang 40% dimilikinya.

* Laporan Tahunan Santos memberikan angka untuk cadangan total perusahaan di seluruh dunia yang lebih rendah daripada yang kami yakini mereka miliki di Laut Timor. Karena hal itu tidak mungkin, angka kami tentang berapa besar total cadangan mereka di Laut Timor adalah perkiraan.

 

Osaka Gas

Kantor Pusat Jepang

Tahun didirikan 1897

Jumlah pekerja 9.264

Aset $10.600

Pendapatan $7.683

Keuntungan bersih $291

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? Indonesia, Brunei, Australia, Malaysia

Cadangan di Laut Timor (2P) 310

Porsi cadangan Laut Timor 11%

Osaka Gas memasok gas kepada pelanggan di wilayah metropolitan terbesar kedua di Jepang, yang merupakan sekitar 32% dari keseluruhan konsumsi gas Jepang. Dalam upaya menganekaragamkan sumber gasnya, pada tahun 2000 Osaka membeli 10% dari ladang Greater Sunrise dan Evans Shoal. Akan tetapi, Osaka bidang utamanya tetap distribusi dan penjualan, dan tidak terlibat secara langsung dalam operasi eksplorasi dan eksploitasi.

 

Kantor Pusat Jepang

Tahun didirikan 1966

Jumlah pekerja 227

Aset $238

Pendapatan $1.256

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? Paling besar Indonesia, juga Australia dan 13 negara lain

Cadangan di Laut Timor (2P) 130

Porsi cadangan Laut Timor 4%

Inpex dibentuk oleh perusahaan-perusahaan energi Jepang untuk membeli minyak dan gas dari luar negeri, pada awalnya dari Indonesia tetapi baru-baru ini meluas ke seluruh dunia. Mereka bertanggungjawab atas lebih dari seperempat dari semua gas yang diekspor dari Indonesia ke Jepang. Perusahaan ini pertama beroperasi di Celah Timor pada tahun 1992, dan sekarang memiliki 11,7% dari ladang Bayu-Undan, serta mempunyai saham di beberapa ladang yang lebih kecil.

Inpex juga memiliki dan mengoperasikan ladang Abadi (Masela) di bagian Indonesia dari Laut Timor, di sebelah timur Timor Lorosa'e. Abadi tidak tercantum dalam grafik dalam LH Buletin ini.

Separuh dari Inpex dimiliki oleh Japan National Oil Company, sisanya dibagi antara duapuluh perusahaan industri dan energi lain serta bank, dengan saham terbesar dipegang oleh Japan Petroleum Exploration, Mitsubishi, dan Mitsui Oil Exploration. Hingga tahun yang lalu, Inpex dikenal sebagai Indonesia Petroleum Ltd.

 

Kantor Pusat Amerika Serikat

Tahun didirikan 1929

Jumlah pekerja 4.638

Aset $11.000

Pendapatan $3.600

Keuntungan bersih $486

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? Paling besar Amerika Serikat, Teluk Mexico, dan Laut Utara

Cadangan di seluruh dunia (P) 1.500

Cadangan di Laut Timor (2P) 120

Porsi cadangan Laut Timor 4%

Kerr-McGee Corporation membeli perusahaan eksplorasi minyak Oryx Energy yang berpusat di Dallas pada tahun 1999. Oryx beroperasi di Celah Timor sejak 1991, dan Kerr-McGee memiliki 11% dari Bayu-Undan.

Sebuah pabrik senjata nuklir yang dimiliki Kerr-McGee di Oklahoma, Amerika Serikat, terlibat dalam pembunuhan pegawai Karen Silkwood pada tahun 1974, pada saat dia akan berbicara kepada wartawan. Perusahaan ini didakwa dengan berbagai tuduhan pencemaran radioaktif, tetapi sejak itu menarik diri dari industri senjata nuklir.

Kerr-McGee baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan Maroko untuk mengeksplorasi minyak lepas pantai Sahara Barat. Wilayah Afrika ini diduduki secara tidak sah oleh Maroko, dengan menentang Perserikatan Bangsa-Bangsa, seperti pendudukan Indonesia terhadap Timor Lorosa'e. Pada bulan Januari yang lalu, Kantor Hukum PBB menyatakan bahwa "kegiatan eksplorasi dan eksploitasi itu melanggar … prinsip-prinsip hukum internasional." Masih harus dilihat apakah Maroko dan Kerr-McGee akan menghormati pernyataan tersebut, atau apakah Maroko akan memperbolehkan dilaksanakannya referendum mengenai kemerdekaan, yang sudah lama ditunda.

 

Kantor Pusat Italia

Tahun didirikan 1926

Jumlah pekerja 71.000

Aset $60.000

Pendapatan $44.000

Keuntungan bersih $6.900

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? 67 negara di seluruh dunia

Cadangan di seluruh dunia (P) 6.900

Cadangan di Laut Timor (2P) 120

Porsi cadangan Laut Timor 0,8%

Eni, perusahaan minyak terbesar keenam di dunia, memiliki Agip, yang membeli British Borneo pada tahun 2000. Pada tahun 1991, British Borneo membeli 6,7% Bayu-Undan; setelah itu mereka membeli 30% Blacktip. Pada bulan Maret 2002, Eni membeli 5,5% Bayu-Undan lagi, sehingga sekarang memiliki 12,2%.

Perusahaan ini mempunyai pengembangan minyak dan gas di seluruh dunia, dan investasi mereka di Laut Timor merupakan bagian kecil saja dari operasi mereka.

 

Kantor Pusat Amerika Serikat

Tahun didirikan 1969

Jumlah pekerja 18

Aset $3

Pendapatan $3

Keuntungan bersih (kekurangan) -$2,9

Dari mana saja mereka mendapatkan minyak dan gas? Laut Timor dan Kansas, AS

Cadangan di seluruh dunia hampir 0 (nol)

Cadangan di Laut Timor diklaim 1.700

Porsi cadangan Laut Timor 99%

PetroTimor (Oceanic Exploration)

PetroTimor menuntut hak atas minyak dan gas di hampir seluruh JPDA berdasarkan perjanjian dengan Portugal pada tahun 1974. Sekarang ini, tuntutannya tidak diakui oleh pemerintah mana pun (Lihat Buletin La’o Hamutuk Vol. 3, No. 4).

PetroTimor adalah bagian dari Oceanic Exploration, sebuah perusahaan kecil yang memiliki berberapa bisnis kecil dalam beberapa bidang. Oceanic dimiliki oleh General Atomics, sebuah perusahaan teknologi nuklir berpusat di Amerika Serikat yang dimiliki oleh keluarga Blue. Seperlima PetroTimor dimiliki oleh Timor Lorosa'e.

Selain mengusulkan pembangunan pipa saluran ke Timor Lorosa'e dan nasehat hukum untuk Timor Lorosa'e agar menuntut batas lautnya secara penuh, PetroTimor menggugat Phillips di pengadilan Australia untuk miliknya yang disita di JPDA.

Dengan kurang dari 20 pegawai di beberapa bisnisnya, Oceanic Exploration tidak punya kemampuan untuk mengembangkan sumber minyak Timor Lorosa'e. Sebaliknya, perusahaan ini berharap dapat memperoleh uang dari perusahaan-perusahaan yang sekarang ini mengolah minyak Laut Timor.

Dengan Buletin pasca kemerdekaan pertama kami, La’o Hamutuk melanjutkan investigasi mengenai sumber minyak dan gas yang begitu penting bagi masa depan Timor Lorosa'e. Artikel pada halaman depan membahas berbagai aspek industri minyak global, termasuk membicarakan masalah yang terjadi di tempat-tempat lain agar Timor Lorosa'e tidak mengulangi masalah yang sama. Kami memuat informasi mengenai sumber minyak Australia dan mengenai perusahaan-perusahaan minyak terbesar yang aktif di Laut Timor. Kami juga melaporkan Konferensi Donor yang berlangsung pada bulan Mei lalu di Dili. Halaman terakhir berisi pemikiran dari beberapa aktivis Timor Lorosa'e tentang bagaimana pendukung-pendukung internasional dapat membantu negara mereka yang baru merdeka ini.

The Timor-Leste Institute for Development Monitoring and Analysis (La’o Hamutuk)
Institutu Timor-Leste ba Analiza no Monitor ba Dezenvolvimentu
Rua D. Alberto Ricardo, Bebora, Dili, Timor-Leste
P.O. Box 340, Dili, Timor-Leste
Tel: +670-3321040 or +670-77234330
email: 
info@laohamutuk.org    Web: http://www.laohamutuk.org    Blog: laohamutuk.blogspot.com