|
Explorasi Minyak dan Gas Bumi: |
Component | Deskripsi | Formula Pembagian |
FIRST TRENCHE PETROLEUM | Pertama, 10% dari produksi petroleum pada 5 tahun pertama, dan menjadi 20% setalah itu. | Pembagian 50:50 untuk produksi minyak bumi dan kondensate, produksi 50,000 barrels/hari, dan untuk semua gas. Pembagian 60:40 untuk produksi antara 50,000 sampai 150,000 barrels/hari, dan 70:30 untuk produksi diatas 150,000 barrels/hari |
COST RECOVERY PETROLEUM | Memungkinkan para kontrator mengembalikan uang/modalnya yang telah ditanam untuk biaya operational dan investasi kapital ditambah dengan bunga yang cukup besar yaitu 127%. | 100% buat para Kontraktur PSC |
PROFIT PETROLEUM | Sisa dari semua petroleumsetelah FTP dan Cost Recovery | Pembagian 50:50 untuk produksi minyak bumi dan kondensate, produksi 50,000 barrels/hari, dan untuk semua gas. Pembagian 60:40 untuk produksi antara 50,000 sampai 150,000 barrels/hari, dan 70:30 untuk produksi diatas 150,000 barrels/hari |
Sebagai contoh:
Jika pada tahun pertama sebuah lapangan minyak bumi memproduksi 100,000 barrels (bbls) minyak bumi per hari, maka FTP untuk Timor-Leste dikalkulasi dengan cara sebagai berikut:
![]() | Karena FTP untuk 5 tahun pertama adalah 10% dari jumlah produksi, maka menjadi 10,000 bbls/hari. |
![]() | Karena jumlah produksi jatuh diantara 50,000 to 150,000 bbls/hari, maka pembagian FTP antara Kontraktors (para perusahan) dan Designated Authority (Timor-Leste dan Australia) adalah 40%:60%, jadi bagian Designated Authority adalah 6,000 bbls/hari. |
![]() | Karena Timor-Leste mempunyai bagian 90% di Designated Authority, maka FTP Timor-Leste menjadi 5,400 bbls/hari |
Sisanya 90,000 bbls/hari dipakai untuk pengembalian investasi/modal yang telah ditanamkan oleh para perusahan (recovery cost).
2.2.2 Lapangan Minyak dan Gas Bumi di Laut Timor/Timor Sea Oil and Gas Fields
Sedikitnya ada 6 sumur penemuan yang telah diketahui luas di JPDA Laut Timor. Sumur-sumur tersebut mengandung jumlah besar minyak dan gas bumi. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Laut Timor adalah zona gasprone [12], artinya lebih banyak penemuan gas. Dua domain utama dapat dibagi di area tersebut, yaitu domain barat yang merupakan zona minyak bumi, seperti Cekungan Vulcan, dan domain timur yang didominasi oleh penemuan-penemuan gas. Diantaranyanya adalah penuaman raksasa gas di Bayu Undan dan Greater Sunrise. Lapangan minyak dan gas bumi di Laut Timor adalah sebagai berikut:
LAPANGAN-LAPANGAN SEMUANYA ADA DALAM ZONA KERJASAMA JPDA
1. Elang Kakatua Kakatua North
Lapangan ini berada dalam JPDA, dengan PSCs 91-12, telah produksi minyak bumi sejak 1998, dan akan habis produksi pada tahun 2004 (terakhir didengar bisa sampai 2006/7). Jumlah produksi telah menurun dibawah 50.000 barrels (bbls) per hari pada tahun 2003. Perkiraan cadangan adalah sekitar 27 juta barrels (jtbls) minyak bumi. Dibawah Perjanjian Laut Timor/Timor Sea Treaty yang diaplikasikan di lapangan ini pada tanggal 20 Mei 2002, Timor-Leste memiliki lapangan ini 90 %. Akan tetapi karena pada saat itu cadangan lapangan ini telah berkurang sampai sekitar 90 % daripada cadangan awalnya ketika Perjanjian ini mulai berlaku, maka cadangan Timor-Leste yang terkalkulasi adalah sekitar 3 juta bbls minyak bumi (sebuah cadangan yang berharga sekitar 60 Juta US Dollar). Operator Lapangan ini adalah Conoco-Phillips.
2. Bayu Undan
Lapangan ini berada dalam JPDA, dengan PSCs 91-12 & 91-13, dan akan berproduksi pertama kali pada tahun 2004. Ada beberapa masalah teknis yang menundah produksi, tetapi aliran pertama terus menerus kondensate dan gas telah dilaporkan pada bulan Februari 2004. Perkiraan cadangan adalah 3.4 Trillion Cubic Feet (TCF) gas dan 440 juta bbls kondensate. Operator lapangan ini adalah ConocoPhillips dengan pembagian saham 56.72 %, Eni/Agip, Santos and Inpex Japan and Tokyo Gas dengan saham masing-masing 12.04 %, 10.64%, 10.52%, and 10.08. Gas akan dipipakan ke Pusat Pemrosesan Darwin, walaupun jarak kesana adalah lebih dari dua kali lipat ke Timor-Leste. Ingat! Pernyataan-pernyatan bahwa pipa melewati Cekungan Timor/Timor Trough secara teknis adalah tidak mungkin sudah kehilangan fondasi dan tidak berlaku lagi. Study oleh INTEC, perusahan pipa laut dalam dunia[13], baru-baru ini telah mengkonfirmasikan bahwa meletakkan pipa pada Cekungan Timir/Timor Trough adalah mungkin. Bahwkan sebenarnya, biaya pemasangan pipa ke Timor-Leste adalah 1.5 kali lebih murah daripada ke Darwin. Dibawah Perjanjian yang ada sekarang, Timor-Leste memiliki 90% dari lapangan ini, dengan demikian perkiraan cadangan Timor-Leste adalah 3.06 TCF (86.598 BCM) gas, and 396 juta bbls kondensate (sebuah cadangan yang berharga sekitar 14 Milyar US dollar). Akan tetapi, Timor-Leste telah setuju untuk kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan downstream dan aliran capital yang biasa berasosiasi dengan proyek-proyek pemasangan pipa dan Pusat Pemrosesan Gas/LNG plant. Bibawah prinsip garis tengah/midline UNCLOS, Timor-Leste memiliki 100% cadangan tersebut dan dengan demikian mempunyai lebih banyak lagi kekuasaan untuk mengontrol keputusan tentang dimana pipa dan pusat pemrosesan harus diarahkan.
3. Jahal-Kuda Tasi
Lapangan-lapangan ini berada dalam JPDA. Kombinasi cadangan dari penemuan Jahal-Kuda Tasi adalah sekitar 25.4 juta bbls minyak bumi. Rencana pengelolahan sedang ditunda sampai para operator menentukan jenis fasilitas penampungan minyak bumi/storage facility. Woodside adalah operator (40%), dengan Inpex Japan (35%), dan Santos (25%). Dengan Perjanjian sekarang, Timor-Leste memiliki 90% dari cadangan dan dengan demikian perkiraan cadangan buat Timor-Leste adalah 22.8 juta bbls of oil (sebuah cadangan yang berharga 684 Juta US Dollar). Dibawah prinsip garis tengah/midline UNCLOS, Timor-Leste memiliki 100% cadangan lapangan ini.
LAPANGAN DILUAR ATAU SETENGAH DIDALAM ZONA JPDA, TETAPI JATUH DALAM DAERAH SENGKETA
4. Greater Sunrise
Lapangan ini berada kira-kira 20,1% dalam area JPDA, dan 79,9% jatuh dalam laut yang diklaim Australia. Timor-Leste bisa memiliki 100% lapangan ini dibawah prinsip garis tengah/midline UNCLOS. Lapangan adalah kombinasi dari dua lapangan, yaitu lapangan Sunrise dan lapangan Troubadour. Perkiraan cadangan adalah 7.6 TCF gas dan 300 juta bbls kondensate. Lapangan ini adalah lapangan gas terbesar yang pernah ditemukan di daerah ini. Lapangan ini akan dikelolah berdasarkan pada basis Perjanjian Laut Timor/Timor Sea Treaty dan International Unitisation Agreement (IUA)[14]. Rencana pengelolahan dan perjanjian komersialisasi belum ditentukan oleh para kontraktor. Operator adalah Woodside Petroleum (33.4%), dengan Shell, ConocoPhillips, and Osaka Gas masing masing mempunyai saham 26.6%, 30%, and 10%. Woodside dan Shell menyusulkan teknologi baru pemrosesan gas di laut, sebuah teknologi mengambang (FLNG) yang belum teruji dan bersiko tinggi serta sangat mahal. Conoco-Phillips lebih suka memasang pipa ke Darwin dan memproses gas di darat. Tidak ada diantara perusahan-perusahan tersebut yang pernah mempertimbangkan kemungkinan membawah pipa dan LNG-plant ke Timor-Leste, walaupun jarak dari Greater Sunrise adalah dua kali lebih pendek ke Timor-Leste daripada ke Darwin. Dengan Perjanjian yang ada sekarang, Timor-Leste hanya memiliki 18% lapangan ini, dan dengan demikian perkiraan cadangan buat Timor-Leste adalah sekitar 1.4 TCF gas (39.62 BCM) dan 59.4 juta bbls kondensate (sebuah cadangan yang berharga sekitar 4 Milyar US Dollar), tetapi tidak mempunyai atau sedikit sekali kekuatan untuk mengontrol keputusan akan jenis pengelolahan.
5 Laminaria-Carolina
JPDA |
Figure 3. Lapangan-lapangan penemuan di Laut Timor dan Cekungan Australia Barat Sumber: www.hydrocarbon-technology.com
Dibawah Perjanjian yang ada sekarang, Timor-Leste tidak mempunyai bagian sama sekali, sehingga cadangan buat Timor-Leste adalah kosong (0). Sesuai dengan UNCLOS, Timor Leste bisa mempunyai 100 % cadangn lapangan ini.
6. Buffalo
Lapangan ini berada diluar area JPDA tetapi masuk dalam daerah sengketa. Sementara ini diexploitasi oleh Australia secara sendirian dan telah memulai produksi sejak tahun 1999. Produksi diperkirakan akan habis pada tahun 2004. BHP adalah operator utama. Cadangan diperkirakan sekitar 32 juta bbls minyak bumi (sebuah cadangan berharga sekitar 960 Juta US$). Dibawah Perjanjian yang ada sekarang, Timor-Leste tidak mempunyai bagian sama sekali, sehingga cadangan buat Timor-Leste adalah kosong (0). Sesuai dengan UNCLOS, Timor Leste bisa mempunyai 100 % cadangn lapangan ini.
Table 1. Perbandingan cadangan dan harga cadangan buat Timor-Leste dibawah dua scenario yang berbeda
I. Dibawah Perjanjian sekarang | II. Dibawah prinsip garis tengah UNCLOS | Catatan | |||
Lapangan | Cadangan | Nilai Uang | Cadangan | Nilai Uang | Nilai uang dikalkulasi sebelum biayi operasional dan bagian para perusahan |
1. Elang Kakatua Kakatua North | 3 juta bbls minyak bumi | 90 juta US$ | 27 juta bbls | 810 juta US$ | |
2. Bayu Undan | 3.06 TCF gas, dan 396 juta bbls kondensate | 14 milyar US$ | 3.4 TCF gas dan 440 juta bbls kondensate | 16 milyar US$ | |
3. Jahal-Kuda Tasi | 22.8 juta bbls minyak bumi | 684 juta US$ | 25.4 juta bbls minyak bumi | 762 juta US$ | |
4. Greater Sunrise | 1.4 TCF gas, dan 59.4 juta bbls kondensate | 4 milyar US$ | 7.6 TCF gas, dan 300 juta bbls kondensate | 21 milyar US$ | |
5. Laminaria-Carolina | 0 (zero) cadnagan untuk Timor-Leste | 0 (zero) | 178 juta bbls minyak bumi | 5. 34 milyar US$ | |
6. Buffalo | 0 (zero) cadangan untuk Timor-Leste | 0 (zero) | 32 juta bbls minyak bumi | 960 juta US$ |
Perhatian!
Formula-formula yang dipakai untuk menghitung harga cadangan hidrokarbon:
1. Produk Gas:
…….US$ = Kandungan Panas Produk Petroleum (dalam MMBtu/bbl) x Cadangan (bbl) x Harga rata-rata gas 3 tahunterakhir (US$)
Kandungan Panas untuk : - Minyak mentah adalah 5.8 MMBtu/bbl
- Kondensate adalah 5.418 MMBtu/bbl
- Gas Alam adalah 3.735 MMBtu/bbl
Harga gas rata-rata adalah US$ 3 per MMBtu
2. Produk Kondensate:
………US$ = Cadangan (bbl) x Harga kondensate rata-rata
Harga rata-rata kondensate dipakai US$ 20 per bbl
3. Produk Minyak Mentah :
………US$ = Cadangan (bbl) x Harga rata-rata Minyak Mentah
Harga rata-rata minyak mentah dipakai US$ 30 per bbl
Konversi:
1Trillion Cubic Feet (TCF) gas adalah sekitar 176.7 juta barrel (jtbbls) of oil equivalent (BOE).
1 Barrel (bbl) adalah sekitar 159 liters (l)
1 Cubic Feet (CF) adalah sama dengan 0.0283 cubic metres (CM)
1 Barrel adalah sama dengan 0.15 cubic metres
MMBtu adalah singkatan dari Million British thermal unit
Dua scenario dapat dipisahkan dalam menghitung total cadangan petroleum, yaitu:
![]() | Gas = 4.46 Trillion Cubic Feet = 748 Juta Barells of Oil Equivalent (BOE) |
![]() | Kondensate = 455.4 Juta Barrels |
![]() | Minyak Bumi = 25.8 Juta Barrels |
Jadi, Total, adalah 1,22 Milyar BOE , berharga lebih dari 19 Milyar US Dollar dengan harga rata-rata minyak dan gas bumi saat ini.
![]() | Gas = 11 Trillion Cubic Feet = 1, 87 Milyar BOE |
![]() | Condensate = 770 Juta Barrels |
![]() | Oil = 264.4 Juta Barrels |
Jadi, Total, adalah 2,90 Milyar BOE, berharga lebih dari 45 Milyar US dollar dengan harga rata-rata minyak dan gas bumi saat ini.
Dengan demikian, Timor-Leste sedang dalam posisi untuk kehilangan sedikitnya 57% daripada cadangan hidrokarbonnya (1,67 Milyar BOE) dibawah Perjanjian yang ada sekarang. Ini seharga sekitar US $ 26,000,000,000 (26 Milyar
2.4 Pengelolahan Upstream dan Downstream
2.4.1 Proyek Bayu Undan
Proyek Bayu Undan Project dikenal sebagai investasi terbesar sampai hari ini di Laut Timor. Sekitar 1.5 milyar US $ diperkirakan akan dibelanjakan selama phase I proyek ini. Phase pertama ini dikenal dengan Gas Recycle Project, yang mana termasuk produksi dan proses gas cair; memisahkan dan menyimpang kondensate, propane dan butane, dan menginjeksi kembali gas kering kedalam reservoir. Tambahan 1.8 milyar US$ akan dibelanjakan untuk membangun jaringan pipa dan LNG-plant di Darwin, pada phase kedua dari pengelolahan ini. Diperkirakan sekitar 1700 lapangan kerja langsung maupun tidak langsung akan diciptakan selama pengembangan awal LNG-plant dan akan ada sekitar 200-500 pekerjaan diatas platforms dan perawatan LNG-plant dan monitoring selama jangka waktu hidupnya proyek ini.
Timor-Leste telah kehilangan semua keuntungan tersebut diatas. Hal ini disebabkan karena membangun/memasang pipa ke Timor-Leste dulunya dianggap tidak mungkin bisa secara tekni, sehingga Timor-Leste dikesampingkan dari kemungkinan sebagai opsi tujuan pengelolahan LNG-plant.
2.4.2 Proyek Greater Sunrise
Timor-Leste mungkin bisa dianggap masih beruntung karena para perusahan belum memutuskan opsi pengelolahan lapangan ini. Walaupun, dua opsi telah dilemparkan ke public beberapa tahun lalu, keputusan final belum dilakukan tentang rencana pengelolahan yang pasti.
Conoco-Phillips lebih suka memproses gas di darat di Darwin, yang berarti akan membangun sebuah LNG-plant di Darwin dan dengan demikian akan perlu membangun lagi sebuah jaringan pipa dari lapangan Greater Sunrise ke Darwin. Dutch Shell dan Woodside Petroleum mengusulkan sebuah teknologi pemrosesan gas baru yang baru diperkenalkan, LNG-plant yang Mengambang/Floating Liquified Natural Gas Plant (FLNG). Timor-Leste telah dikesampingkan dalam pertimbangan opsi.
Apapun yang akan terjadi, pertanyaan harus muncul mengenai bagaimana mungkin sebuah keputusan bisa dicapai kalau Timor-Leste belum memiliki batas laut permanen? Dan pertanyanya harus sudah tidak lagi, apakah para perusahan mau mempertimbangkan Timor-Leste sebagai salah satu tujuan dari pada LNG-plant, tetapi pertanyannya harus mengarah kepada apakah Timor-Leste mempunyai kekuassan untuk meminta para perusahan untuk meproses gas di daratan Timor-Leste?
Meminta jaringan pipa dan LNG-plant ke Timor-Leste harus dilihat sebagai hal yang lazim dan normal dilakukan di dalam negosiasi pengelolahan minyak dan gas bumi. Hal ini adalah praktek yang diterima universal sebagaimana terjadi di negara-negara produsen minyak dan gas bumi! Indonesia, pada tahun 1960-an dengan infrastruktur yang sangat minim, dan juga pasti sumberdaya manusia yang terbatas, sudah mampu meminta para perusahan minyak untuk membangun sebuah LNG-plant di hutan jauh di Bontang, Kalimantan. Dewasa ini pusat pemrosesan ini merupakan salah satu fasilitas pemrosesan gas yang terkenal di dunia yang mengsuplai ton dan ton gas ke pasar Asia. Hal yang sama juga terjadi pada Arun LNG-plant, di Propinsi Indonesia yang kacau, Aceh. Jauh di Karibean, kita tahu Atlantic LNG-plant yang terdapat di pulau Tobago-Trinidad, negara ini sekecil Timor-Leste dengan sangat sedikit kemampuan absorpsi domestik gas yang terproduksi. Akan tetapi, pada athun 1995, sebuah LNG-plant berkapasitas 3 MT per tahun dibangun untuk memproses gas yang dibawah oleh jaringan pipa beberapa kilometer dari lokasi plant. Semua ini telah menjadi mungkin karena posisi pemerintah yang kuat dalam negosiasi.
Sekarang, pertanyaan mungkin muncul tentang seberapa besar posisi tawar menawar Timor-Leste untuk mampu meminta para perusahan untuk membawah gas dari lapangan Greater Sunrise ke Timor-Leste? Tiga scenario dapat dipakai untuk menganalisanya:
1. Pengelolahan dilanjutkan dibawah Pengaturan yang ada dalam Perjanjian Laut Timor/Timor Sea Treaty.
Walaupun Timor-Leste mempunayi 90% bagian daripada lapangan-lapangan di JPDA, lapangan Greater Sunrise telah dianggap hanya berada 20,1 % di dalam JPDA, sedangkan sisa 79,9% diklaim Australia sebagai miliknya. Oleh karena itu, Timor-Leste mempunyai sedikit sekali kekuasaan untuk mendorong para perusahan dan Australia untuk melokasikan pusat pemrosesan gas di Timor-Leste.
Kalaupun, para perusahan memutuskan untuk membawah gas ke Timor-Leste, Australia bisa menghambat/menolak keputusan tersebut karena lebih dari 80% lapangan ini berada pada kepentingan mereka. Oleh sebab itu, posisi tawar menawar Timor-Leste dalam kasus ini sangat lemah.
Dilihat ke belakang proses yang membawah kita sampai pada saat ini. Seseorang bisa percaya kalau para perusahan tidak tertarik sama sekali untuk membagun sebuah LNG-plant di Timor-Leste atas inisiatif sendiri. Walaupun, jarak dari Greater Sunrise ke Timor-Leste adalah lebih pendek sehingga biaya pemasangan jaringa pipa lebih murahdaripada ke Darwin, tidak ada satupun perusahan yang pernah mempertimbangkannya dan ini telah terjadi sejak 1999 dan tetap saja sama setelah Perjanjian Laut Timor ditandatanggani yang memberikan Timor-Leste hak atas 90%.
Timor-Leste baru saja mulai dipertimbangkan beberapa minggu lalu, ketika Perdana Menteri Timor-Leste meminta operator lapangan Greater Sunrise, Woodside Petroleum untuk melakukan studi kelayakan untuk membawa gas ke Timor-Leste. Namun, Timor-Leste harus sangat hati-hati disini untuk menghindari para perusahan menjustifikasi rencana pengelolahan akhir mereka dengan mengatakan bahwa semua opsi-opsi yang mungkin telah dipertimbangkan. Kita berharap studi ini tidak hanya akan menjadi formalitas untuk sekedar memenuhi tuntutan publik, akan tetapi benar-benar studi yang mendalam dan sunguh-sunguh.
2. Pengelolahan dihentikan sampai Batas Laut Permanen ditentukan berdasarkan prinsip garis tengah/midline UNCLOS.
Dalam kasus ini, Timor-Leste akan memipunyai kontrol penuh lapangan Greater Sunrise dan lapangan lain di JPDA, dan dengan demikian mepunyai kekuassan yang lebih untuk meminta para perusahan untuk membawah gas ke Timor-Leste tanpa hambatan Australia. Timor-Leste mempunyai posisi tawar menawar yang sangat kuat dalam kasus ini.
3. Pengelolahan dilanjutkan dengan Timor-Leste dan Australia setuju untuk menempatkan lapangan Greater Sunrise seluruhnya kedalam JPDA. Dengan kata lain, membuka batas lateral JPDA sekarang.
Dalam kasus ini, Timor-Leste akan tetap mempunyai kontrol penuh terhdapa Greater Sunrise dan dapat meminta para perusahan untuk membawah gas ke daratan Timor-Leste. Para perusahan tidak akan mungkin menolak karena pada saat itu Timor-Leste sudah memiliki 90% interest di Greater Sunrise. Juga Timor-Leste bisa berargumen untuk mendapatkan beberapa keuntungan downstream daripada proyek-proyek yang ada karena keuntungan downstream dari proyek-proyek terdahulu seperti Bayu Undan, Elang-Kakatua Kakatua North, Laminaria-Carolina and Bufallo semuanya telah pergi ke Australia.
2.4.1 Dibawah Pengaturan yang ada Sekarang (Perjanjian Laut Timor/ Timor Sea Treaty)
Pengumpulan pendapatan negara dari Laut Timor tergantung pada kesepakatan petroleum yang dipakai dan system perpajakan yang digunakan. Dibawah Perjanjian Laut Timor/Timor Sea Treaty, pendapatan negara dapat dikumpulkan melalui:
1. Production Sharing Contract (PSC), yaitu dari:
![]() | Pembagian First Tranche Petroleum (FTP) dari Elang-Kakatua Kakatua North dan Bayu-Undan (dua lapangan yang sedang dalam operasi di JPDA). |
![]() | Profit Oil, yang mana pembagian petroleum setelah para perusahan mengembalikan investasi/modalnya. |
2. Pajak, yaitu dari:
![]() | Pajak Pertambahan Nilai/Value Added Tax (VAT) terhadap kapital, termasuk kontruksi infrastruktur yang akan menurun segera karena phase kontruksi akan segera selesai |
![]() | Pajak Pendapatan/ Income Tax pada para perusahan dan pekerja |
![]() | Withholding Ta pada para kontaktor |
![]() | Dan lainnya |
Proyeksi pendapatan negara dari Laut Timor (Elang Kakatua, and Bayu Undan) oleh pemerintah tertera pada diagram dibawah. Proyeksi Now berbeda dengan Before karena terjadi beberapa problem teknis pada fase pengelolahan proyek Bayu Undan. Hal ini mempengaruhi fase awal pendapatan negara tetapi tidak akan merubah jumlah pendapatan yang akan diterima selama masa hidupnya proyek ini. Sesuai dengan proyeksi, Timor-Leste akan mengumpulkan sebesar 3.662 Milyar US Dollar.
Figure 4 . Diagram perkiraan pendapatan yang akan datang dari produksi Elang-Kakatua Kakatua North dan Bayun Undan. Source: Government Report n the Development Partners Meeting, Dec. 2003
Jika ditambahkan dengan pendapatan yang mungkin datang dari potensi pengelolahan Greater Sunrise, yang mana 18% dari pajak aktivitas upstream ditambah pembayaran tahunan Australia, yang bisa berjumlah sekitar 1.142 Milyar US $, maka Total pendapatan yang Timor-Leste dapat kumpulkan selama 30 tahun kedepan adalah sekitar 4.803 Milyar US Dollar.
1.4.2 Dibawah Batas Laut Permanen yang ditentukan melalui Prinsip Garis Tangah UNCLOS
Sampai saat ini belum ada proyeksi pendapatan yang mungkin dapat Timor-Leste peroleh dalam kasus ini, tetapi memakai metode analogis, yaitu bahwa dengan cadangan petroleum yang berharga 19 Billion US$ dibawah Perjanjian Laut Timor/Timor Sea Treaty Timor-Leste yang ada Timor-Leste dapat memperoleh 4.8 Milyar US$ (25%), maka dalam kasus batas laut permanen ditentukan, Timor-Leste akan mendapat sedikitnya 11.25 Milyar US$ selama 30 tahun ke depan karena cadangan nya berharga sekitar 45 Milyar US$.
2.5.1 Teknologi Jaringan Pipa Dewasa Ini
Pernyataan-pernyataan dari para perusahan besar dan mungkin para pemerintah bahwa “jaringan pipa melalui Cekungan Timor secara teknis tidak mungkin” sudah tidak berdasar lagi dan ketinggalan jaman. Kemajuan-kemajuan teknologi akhir-akhir ini telah membuktikan bahwa jaringan pipa melewati keadaan ekstrem laut dalam adalah mungkin. Proyek Blue Stream (selesai tahun 2002), adalah salah satu contoh. Jaringan pipa sepanjang 350 km ini membawa gas dari bagian Selatan Rusia ke Ankara (Turki) melewati 2.150 meter dalamnya Laut Hitam. Turki dikenal sebagai salah satu zona gempa bumi paling aktif di dunia. Gempa berskala lebih dari 6 Skala Richter sering terjadi.
Sebagai perbandingan, Cekungan Timor/Timor Trough, adalah cekungan yang mempunyai topografi kasar dengan kedalaman berkisar 1.500 meter sampai 3.000 meter, dan tingkat kegempaan yang relative tenang. Jadi jelas bahwa secara teknis adalah Mungkin untuk meletakan pipa gas melalui Cekungan Timor kalau kita serius - walaupun mungkin kita harus memulai dengan survei kedalam laut dan studi geohazard. Sebenarnya, INTEC, salah satu perusahan dunia untuk desain pipa laut dalam, melalui laporanya telah mengatakan bahwa Jaringan Pipa gas ke Timor-Leste bukan hanya MUNGKIN tetapi juga LEBIH MURAH daripada Jaringan Pipa yang tertuju ke DARWIN. Jarak dari lapangan Greater Sunrise ke daratan Timor-Leste adalah sekitar 150 km, sedangkan ke Darwin adalah lebih dari 500 km.
2.5.2 LNG- Plant
Untuk sementara ini ada dua rencana awal pengelolahan tempat proses gas dari lapangan Greater Sunrise, yaitu pusat pemrosesan diarahkan ke Darwin (didukung oleh Conocco-Phillips) atau pemrosesan di laut mengunakan teknologi yang baru diperkenalkan-Pusat Pemrosesan Gas Alam Mengambang (FLNG-Plant) (diusulkan oleh Shell dan Woodside Petroleum). Tidak ada satupun dari perusahan-perusahan ini yang pernah berpikir/mempertimbangkan Timor-Leste sebagai salah satu tujuan daripada Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair. Tidak jelas mengapa Timor-Leste telah dikesampingkan dari pertimbangan, namun beberapa alasan yang dapat diperdebatkan mungkin telah menjadi motor utama pengemsampian ini.
Pertama, mungkin karena Jaringan Pipa Gas dulunya dianggap tidak mungkin bisa mendarat di Timor-Leste. Tetapi argumen ini sudah tidak berlaku lagi dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini.
Kedua, barangkali karena kenyataan bahwa Timor-Leste mempunyai infrastruktur yang minim atau hampir tidak ada infrastruktur. Ini bisa diperdebatkan, karena mambangun sebuah Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair di darat ataupun dimana saja dengan sendirinya sudah ada spesifikasi untuk membangun fasilitas/infrastruktur pendukungnya. Sebagai contoh, penyediaan listrik, sebuah Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair di Darwin harus menyediakan sumber listriknya sendiri atau membeli dari perusahan penyedia listrik yang ada. Ini berlaku juga untuk Pusat Permrosesan Gas Alam Cair Mengambang (FLNG-Plant), dengan lokasinya yang jauh di laut, tidak ada alternative lain selain membangun sumber listriknya sendiri. Dalam hal ini Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair di Timor-Leste tidak dan seharusnya tidak kurang untungnya daripada Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair Mengambang (FLNG-Plant) atau Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair di Darwin. Membawa instrument-instrumen atau material-material ke lokasi yang jauh di laut tidak seharusnya lebih mudah dan lebih murah daripada membawa peralatan yang sama melalui jalan-jalan yang sudah ada di Timor-Leste (walaupun jalan-jalan tersebut belum sempurna). Kita harus ingat, bahwa yang namanya sekarang Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair –Kelas Dunia seperti Bontang (Kalimantan) dan Arun (Aceh) dahulunya dibangun diatas lokasi yang jauh didalam hutan dengan infrastruktur yang sangat terbatas. Bagaimana kelihatannya sekarang, setelah 20-30 tahun? Perubahan-perubahan luar biasa telah terjadi dalam infrastruktur dan dampak social-ekonomiknya.
Ketiga, mungkin resiko stabilitas negara, kalau ini yang menjadi kekwatiran, resep utamanya untuk menghadapinya adalah komunikasi dan kerjasama yang erat antara semua pihak yang terlibat, termasuk didalamnya masyarakat umum. Bukan hal yang baru lagi bahwa banyak kali kesuseksan daripada proyek-proyek besar ditentukan oleh penerimaan masyarakat disekitar lokasi proyek. Dan penerimaan ini sering datang kalau masyarakat menyadari manfaat dari proyek itu sendiri. Pemerintah juga mempunyai peranan besar untuk menjaga keamanan dan melihat kelansungan operasi dari proyek-proyek.
Situasi Timor-Leste dapat digambarkan sebagai “situasi telur dan ayam betina”. Biasanya, sebuah negara dimana banyak angka pengangguran dan kemiskinan tinggi, kerusuhan sipil bisa terjadi dan membuat negara tersebut menjadi sangat beresiko. Akan tetapi, dengan investasi yang besar yang menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki infrastruktur dan pelayanan publik dapat membentuk basis yang sangat penting tercapainya stabilitas di sebuah negara. Oleh, karena itu menilai resiko negara adalah sesuatu yang sangat subyektif. Bagaimanapun, melihat pengalaman-pengalaman yang sudah pernah terjadi di banyak negara menunjukkan bahwa dimana ada minyak/gas bumi cepat atau lambat perusahan-perusahan minyak raksasa dunia akan datang juga, meskipun ada resiko. Proyek-proyek multi-milyar US dolar dipakarsai di negara-negara Sub-Saharan di Afrika untuk pengelolahan minyak dan gas bumi meskipun perang saudara dan permberontakan terjadi. Nigeria dan Angola adalah beberapa dari contoh-contoh yang ada, walaupun secara internal kedua negara tersebut dicabik-cabik oleh adanya perang saudara dan konflik etnis, perusahan-perusahan minyak raksasa tidak mundur sedikitpun untuk mengambil lebih banyak lagi milyaran US dolar dari exploitasi minyak dan gas bumi. Apakah negara-negara tersebut tidak beresiko?
Timor-Leste, meskipun belum ada catatan mengenai stabilitas yang baik sehingga beresiko, tetapi banyak dari ketidastabillan dulu lebih banyak dikontrubisikan oleh kekuatan-kekuatan penjajah. Dua pemiliahan umum yang sukses dan damai dapat dipakai sebagai salah satu tanda dan langkah utama menuju negara yang damai dan stabil. Adanya proyek-proyek multi milyar US dolar yang menyediakan manfaat langsung seperti lapangan kerja dan infrastruktur bahkan bisa memperkuat fondasi stabilitas.
2.5.3 Akal di belakang Membawa Jaringan Pipa Gas dan Pusat Pemrosesan Greater Sunrise ke Timor-Leste:
Jaringan Pipa Gas ke Timor-leste adalah MUNGKIN dan LEBIH MURAH, daripada ke Darwin. Studi terakhir dari INTEC, sebuah perusahan dunia mengenai pipa laut dalam, menegaskan bahwa jarigan pipa ke Timor-Leste adalah mungkin dan dua kali lebih murah daripada ke Darwin karena jarak yang lebih dekat.
Timor-Leste sangat membutuhkan lapangan pekerjaan. Manfaat dari adanya Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair di Timor-Leste akan sangat banyak. Efek multiplier/efek ganda yang menjalar daripada proyek multi milyar US dolar ini akan mengangkat ekonomi yang sedang sangat terpuruk ini dan meningkatkan kehidupan orang-orang Timor-Leste. Diperkirakan dengan adanya proyek ini di Timor-Leste akan ada sekitar 3 milyar US dolar investasi kapital langsung dan 2000 lapangan kerja langsung dan tidak langsung yang bisa dihasilkan. Lapangan kerja ini termasuk pekerjaan konstruksi dasar yang tidak terlalu memerlukan kualifikasi sebagaimana kerja diatas platform.
Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair Mangambang (FLNG-Plant) sebagaimana diusulkan oleh Shell dan Woodside Petroleum adalah sebuah teknologi baru yang belum teruji. Walaupun pembangunannya mungkin, biaya pembangunan dan perawatannya akan sangat besar dibandingkan dengan Pusat Pemrosesan konvesional di darat. Resiko lingkungan seperti kebocoran pusat ini di laut juga menjadi kekwatiran. Lebih-lebih, dengan lokasinya yang jauh di laut akan sangat mudah menjadi target penyerangan teroris laut karena tidak ada atau sedikit sekali system pengamanan yang ada. Selain daripada itu, Pusat Pemrosesan Gas Alam Cair Mengambang tidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, dan tidak ada efek ganda oleh karena letaknya yang jauh dari jangkauan masyarakat. Teknologi ini tidak akan menyediakan satu lapangan kerja pun tersisa untuk orang Timor-Leste karena sifatnya yang sangat berteknologi tinggi.
Gas dari LNG-plant di daratan Timor-Leste akan lebih dekat ke pasar utama (Japan, China, Taiwan, and South Korea) daripada dari FLNG or LNG-plant di Darwin.
Sebagai salah satu negara berkembang yang baru keluar dari konflik, Timor-Leste mempunyai akses ke skema finasial tertentu yang tidak bisa diperoleh oleh negara-negara maju. Oleh karena itu proyek LNG-plant di timor-Leste akan mendapat dukungan finasial untuk dibangun.
Salah satu alasan lagi kenapa adalah penting untuk membawa gas Greater Sunrise ke Timor-Leste adalah karena gas dapat dipakai untuk menghasilkan “energi listrik yang bersih”. Hal ini sesuai dengan “Protokol Kyoto” sehingga akan mendapat dukungan negara-negara industri. Timor-Leste, saat in sangat membutuhkan energi untuk listrik dan pengunaan rumah tangga, yang mana sekarang, sangat bergantung pada impor minyak dari Indonesia dan Australia. Mungkin akan lebih baik kita pakai kita punyai sendiri.
REFERENSI
Bally, et al., 1966. Structure, seismic data, and orogenic evolution of Southern Canadian Rocky Mountains. Bulletin of Canadian Petroleum Geology, vol. 14, p. 337-381.
Brisbane Independent Media Centre. NGOs Urge Howard to Play Fair in Boundary Talks with East Timor. www.brisbane.indymedia.org/front.php3?article_id
Charlton, T.R., 2002. Petroleum Potential of Timor-Leste. APPEA Journal vol. 32, 20-38
Cross, 2000. The search for oil and gas on East Timor (Timor-Leste). Petroleum Exploration Society of Great Britain Newsletter, Ferbuary 2000, p. 62-66.
La’o Hamutuk, 2003. Timor Sea Oil and Gas Update. The La’o Hamutuk Bulletin, vol. 4, No. 3-4
Longley, I., et al., 2002. The North West Shelf of Australia: A Woodside perspective, in Keep, M. & Moss, S.J., (Eds), The Sedimentary Basins of Western Australia 3, Proceedings of the Petroleum Exploration Society of Australia Symposium, Perth, 2002, 27-88.
Lorenzo, et al., 1996. Flexural Extension and the Absence of Flexural Uplift – Timor Sea, North West Shelf, Australia. Fall AGU Abstract. www.geol.lsu.edu/juan/Abstracts/Abstracts_Timor.html
Lorenzo, et al., 1997. Neogene Flexural Reactivation in a Modern Foreland Basin, Timor Sea, N.W. Shelf, Australia. AAPG Abstract. www.geol.lsu.edu/juan/Abstracts/Abstracts_Timor.html
Mollah, R., 2000. Regional Setting (Timor Sea Area). Robert Mollah was Australian Executive Director in Timor Gap Joint Authority
Norvick, 1979. The tectonic history of the Banda Arcs, Eastern Indonesia: a review. Journal of Geological Society of London, vol. 136, p. 519-527
Oxfam Community Aid Abroad. A Brief History of the Timor Gap. www.caa.org.au/campaigns/submissions/timorsea/briefhistory.hmtl
Price & Audley-Charles, 1987. Tectonic collision processes after plate rupture. Tectonophysics, vol. 140, p. 121-129
Shanmugam & Lash, 1982. Analogous tectonic evolution of the Ordovician foredeeps, southern and central Appalachians. Geology, vol. 10, p. 562-266
Sunrise Project Update. www.hydrocarbons-technology.com/projects/sunrise
Treaty between Australia and the Republic of Indonesia (Timor Gap Treaty). Department of Foreign Affairs and Trade, Australian Government Publishing Services Canberra.
Timor Sea Treaty (Treaty between Australia and Democratic Republic of Timor-Leste). Timor Sea Designated Authority-series as per June 2003.
Timor-Sea Revenues Forecast. Government Report on development Partners Meeting, December 2003. Dili, Timor-Leste
Young, et al., 1995. The Elang Oil Discovery Estabilishes New Oil Province in the Eastern Timor Sea (Timor Gap Zone of Cooperation). APEA Journal-1995, p. 44-63.
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). \
Unit Conversion Factors. www.spe.org/spe/jsp/basic
[1] Sumber-sumber: Price & Audley-Charles, 1987. Tectonic collision processes after plate rupture. Tectonophysics, vol. 140, p. 121-129; Norvick, 1979. The tectonic history of the Banda Arcs, Eastern Indonesia: a review. Journal of Geological Society of London, vol. 136, p. 519-527; and Shanmugam & Lash, 1982. Analogous tectonic evolution of the Ordovician foredeeps, southern and central Appalachians. Geology, vol. 10, p. 562-266; Lorenzo, et al., 1997. Neogene Flexural Reactivation in a Modern Foreland Basin, Timor Sea, N.W. Shelf, Australia. AAPG Abstract. www.geol.lsu.edu/juan/Abstracts/Abstracts_Timor.html; Lorenzo, et al., 1996. Flexural Extension and the Absence of Flexural Uplift – Timor Sea, North West Shelf, Australia. Fall AGU Abstract. www.geol.lsu.edu/juan/Abstracts/Abstracts_Timor.html
[12] Longley, I., et al., 2002. The North West Shelf of Australia: A Woodside perspective, in Keep, M. & Moss, S.J., (Eds), The Sedimentary Basins of Western Australia 3, Proceedings of the Petroleum Exploration Society of Australia Symposium, Perth, 2002, 27-88.
The Timor-Leste Institute for Development Monitoring and Analysis (La’o Hamutuk) |